Sabtu, 14 Februari 2009

STADIA DAERAH
Ketika sungai terbentuk dan mulai mengalir menuju base level, sungai akan memotong lembah, mengairi channel sungai, dan membentuk morfologi yang dilewatinya ( Tarbuck & Lutgens, 1984, hal 225 – 226 ). Pembentukan stadia daerah juga dipengaruhi oleh iklim daerah tersebut. Stadia daerah pada daerah yang beriklim humid / basah berbeda dengan stadia pada daerah arid / kering.
Daerah bertingkat erosi muda ditandai oleh
1.Relief bertambah dengan cepat,
2.Sungai-sungai belum berkembang luas
3. Sungai‑sungai dipisahkan oleh divides yang luas
Daerah bertingkat erosi dewasa ditandai oleh
1.Relief mencapai maksimum
2. Sungai‑sungai mulai berkembang
3.Divides makin sempit.
Daerah bertingkat erosi tua ditandai oleh
1.Merendahnya puncak‑puncak divides
2.Relief daerah menjadi bergelombang lemah (undulating). Permukaan bumi yang demikian disebut peneplain (hampirata).
Apabila kemudian terjadi epirogenesis atau orogenesis, maka daerah yang terangkat ini akan tersayat atau tertoreh lagi oleh sungai‑sungai yang mengalir di daerah tersebut sehingga akan terjadi tingkat erosi daerah muda lagi. Proses ini disebut peremajaan atau "rejuvenation" Untuk dapat mempelajari sungai secara keseluruhan, kita harus mengetahui klasifikasi sungai secara genetika. Menurut Lobeck (1939, hal. 171) klasifikasi sungai tersebut terdiri atas :
Sungai konsekuen
Sungai yang mengalir searah dengan arah kemiringan lereng yang dilewatinya. Umumnya sungai konsekuen ini terdapat pada daerah yang mengalami peristiwa tektonik, misalnya uplifted dome, block mountain, dan daerah pesisir pantai.
Sungai subsekuen
Adalah sungai yang mengalir mengikuti arah strike batuan atau arah jurus perlapisan batuan pada daerah dengan batuan yang kurang resisten, atau sungai yang mengalir mengikuti kekar – kekar dan sesar pada daerah dengan batuan yang kristalin.
Sungai obsekuen
Merupakan sungai yang arah alirannya berlawanan arah dengan arah kemiringan perlapisan batuan, dan juga berlawanan arah dengan arah sungai konsekuen. Sungai obsekuen umumnya hanya pendek dengan gradien sungai yang curam, umumnya berupa anak sungai yang mengalir melewati tebing gunung yang curam atau escarpments.
Sungai resekuen
Adalah sungai yang mengalir mengikuti arah jurus kemiringan batuan dan kemiringan lereng. Tetapi sungai resekuen terbentuk belakangan dan pada ketinggian yang lebih rendah dengan besar kemiringan batuan lebih kecil daripada sungai konsekuen. Sungai resekuen umumnya terdapat sebagai anak sungai dari sungai subsekuen.
Sungai insekuen
Merupakan sungai yang arah alirannya tidak dikendalikan oleh struktur batuan, tidak mengalir mengikuti arah kemiringan perlapisan batuan. Sungai insekuen mengalir ke semua arah yang mungkin untuk dilewati, dan hasilnya membentuk pola penyaluran dendritik.
Sungai anteseden
Adalah sungai yang telah ada sebelum perbukitan atau pegunungan terbentuk, sungai ini tetap mempertahankan kedudukan selama proses uplifting berlangsung, akibatnya sungai membentuk water gap karena mengalir melewati punggungan atau perbukitan.
Sungai superimposed ( superposed )
Merupakan sungai yang mengalir sepanjang daerah yang tertutupi oleh dataran alluvial atau sedimen yang dapat membentuk peneplain. Apabila telah mengalami rejuvinasi, sungai superposed akan memotong lapisan penutupnya. Rejuvinasi dapat terjadi apabila peneplain mengalami uplifting.
Sungai reversed/membalik
Adalah sungai yang tidak dapat mempertahankan kedudukannya ketika uplifting terjadi, hanya mengubah arah alirannya mengikuti kelerengan daerahnya.
Sungai compound
Merupakan sungai yang mengalir melewati dua daerah atau lebih dengan umur geomorfologi yang berbeda.
Sungai composite
Adalah sungai yang mengalir melewati dua daerah atau lebih dengan struktur geologi yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar